Tepat sore kemarin aku mengalami kecelakaan. Dahsyat. Epic. Menyenangkan. Dan rasanya aku tidak akan lupa bahkan ketika aku sudah bercucu. Akan ku ceritakan pada cucuku kelak bahwa neneknya ini dulu pernah mengalami hal yang pantas masuk On The Spot sebagai '7 Kecelakaan Paling Membahagiakan di Asia Tenggara'.
Jadi begini ceritanya...
Suatu sore yang dingin, aku mencium tangan abah. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku akan pergi ke rumah Sabila, sahabat SD yang akan terbang ke Pontianak hari ini. Maka berangkatlah aku melewati jalan kaliurang-Galeria-jembatan layang-Mandala Krida-Gor Amongraga lalu belok kiri dan di sinilah kejadiannya.
Saat itu aku memacu motorku dengan kecepatan sedang. Tapi karena melihat lampu hijau dan keadaan di kanan jalan (yang berlawanan dengan jalan yang aku lewati pokoknya) sedang sepi, maka muncullah tekadku untuk menambah kecepatan dan mengejar hijau ke arah kanan. Ketika sudah beberapa meter mendekati pertigaan, bak Aisha yang muncul di tengah Fahri dan Maria, motor Vario merah njebubuk muncul dari mobil mobil yang berjalan itu (karena lampunya hijau). Tuing. Saat itu aku berpikir dengan kecepatan 678473653 per detik 'apa yang harus ku lakukan' 'apa yang harus ku lakukan' dan 'apa yang harus kulakukan'. Akhirnya aku tidak melakukan apa-apa dan hanya mengerem dengan tenaga penuh. Tapi terlambat. Aku menabrak bagian belakang motor itu dan jebret jadilan aku jatuh guling-guling seperti di film-film. Sepersekian detik sebelum aku menabrak aku sudah pasrah. Kau pasti tahu kan rasanya detik-detik menjelang kecelakaan? Perasaan seperti 'ah yasudahlah nabrak aja ngga papa'.
Aku lupa bagaimana posisiku sewaktu jatuh. yang jelas kaki kananku sakit karena tertindih motorku sendiri. Untuk beberapa saat orang-orang di sektar sana serempak menghentikan aktivitasnya, memandangku, bengong sebentar, lalu berduyun-duyun menolongku. Ada dua atau tiga mas mas yang membopongku ke pinggir jalan dan membawa motorku. Sampai di pinggir, aku disuruh duduk dan ditanya 'mbaknya nggakpapa?' YA MENURUT LOOOOOO GUA AMPE GULING-GULINGAN KAMPREEEEEET
Jadi begini ceritanya...
Suatu sore yang dingin, aku mencium tangan abah. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku akan pergi ke rumah Sabila, sahabat SD yang akan terbang ke Pontianak hari ini. Maka berangkatlah aku melewati jalan kaliurang-Galeria-jembatan layang-Mandala Krida-Gor Amongraga lalu belok kiri dan di sinilah kejadiannya.
Saat itu aku memacu motorku dengan kecepatan sedang. Tapi karena melihat lampu hijau dan keadaan di kanan jalan (yang berlawanan dengan jalan yang aku lewati pokoknya) sedang sepi, maka muncullah tekadku untuk menambah kecepatan dan mengejar hijau ke arah kanan. Ketika sudah beberapa meter mendekati pertigaan, bak Aisha yang muncul di tengah Fahri dan Maria, motor Vario merah njebubuk muncul dari mobil mobil yang berjalan itu (karena lampunya hijau). Tuing. Saat itu aku berpikir dengan kecepatan 678473653 per detik 'apa yang harus ku lakukan' 'apa yang harus ku lakukan' dan 'apa yang harus kulakukan'. Akhirnya aku tidak melakukan apa-apa dan hanya mengerem dengan tenaga penuh. Tapi terlambat. Aku menabrak bagian belakang motor itu dan jebret jadilan aku jatuh guling-guling seperti di film-film. Sepersekian detik sebelum aku menabrak aku sudah pasrah. Kau pasti tahu kan rasanya detik-detik menjelang kecelakaan? Perasaan seperti 'ah yasudahlah nabrak aja ngga papa'.
Aku lupa bagaimana posisiku sewaktu jatuh. yang jelas kaki kananku sakit karena tertindih motorku sendiri. Untuk beberapa saat orang-orang di sektar sana serempak menghentikan aktivitasnya, memandangku, bengong sebentar, lalu berduyun-duyun menolongku. Ada dua atau tiga mas mas yang membopongku ke pinggir jalan dan membawa motorku. Sampai di pinggir, aku disuruh duduk dan ditanya 'mbaknya nggakpapa?' YA MENURUT LOOOOOO GUA AMPE GULING-GULINGAN KAMPREEEEEET