Kamis, 30 Januari 2014

Kecelakaan Ini Menyenangkan!

Tepat sore kemarin aku mengalami kecelakaan. Dahsyat. Epic. Menyenangkan. Dan rasanya aku tidak akan lupa bahkan ketika aku sudah bercucu. Akan ku ceritakan pada cucuku kelak bahwa neneknya ini dulu pernah mengalami hal yang pantas masuk On The Spot sebagai '7 Kecelakaan Paling Membahagiakan di Asia Tenggara'.

Jadi begini ceritanya...
Suatu sore yang dingin, aku mencium tangan abah. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku akan pergi ke rumah Sabila, sahabat SD yang akan terbang ke Pontianak hari ini. Maka berangkatlah aku melewati jalan kaliurang-Galeria-jembatan layang-Mandala Krida-Gor Amongraga lalu belok kiri dan di sinilah kejadiannya. 
Saat itu aku memacu motorku dengan kecepatan sedang. Tapi karena melihat lampu hijau dan keadaan di kanan jalan (yang berlawanan dengan jalan yang aku lewati pokoknya) sedang sepi, maka muncullah tekadku untuk menambah kecepatan dan mengejar hijau ke arah kanan. Ketika sudah beberapa meter mendekati pertigaan, bak Aisha yang muncul di tengah Fahri dan Maria, motor Vario merah njebubuk muncul dari mobil mobil yang berjalan itu (karena lampunya hijau). Tuing. Saat itu aku berpikir dengan kecepatan 678473653 per detik 'apa yang harus ku lakukan' 'apa yang harus ku lakukan' dan 'apa yang harus kulakukan'. Akhirnya aku tidak melakukan apa-apa dan hanya mengerem dengan tenaga penuh. Tapi terlambat. Aku menabrak bagian belakang motor itu dan jebret jadilan aku jatuh guling-guling seperti di film-film. Sepersekian detik sebelum aku menabrak aku sudah pasrah. Kau pasti tahu kan rasanya detik-detik menjelang kecelakaan? Perasaan seperti 'ah yasudahlah nabrak aja ngga papa'.

Aku lupa bagaimana posisiku sewaktu jatuh. yang jelas kaki kananku sakit karena tertindih motorku sendiri. Untuk beberapa saat orang-orang di sektar sana serempak menghentikan aktivitasnya, memandangku, bengong sebentar, lalu berduyun-duyun menolongku. Ada dua atau tiga mas mas yang membopongku ke pinggir jalan dan membawa motorku. Sampai di pinggir, aku disuruh duduk dan ditanya 'mbaknya nggakpapa?' YA MENURUT LOOOOOO GUA AMPE GULING-GULINGAN KAMPREEEEEET



Kemudian percakapan-percakapan mas mas yang lain muncul: 'ada nomor yang bisa di hubungi mbak?' atau 'yang sakit mana aja mbak?' atau 'sini ke rumah saya aja mbak' LAH YANG INI GUA MELONGO. Saat itu aku benar-benar blank dan malas sekali untuk berpikir apalagi menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Tapi mas-mas ini mau tidak mau menarik perhatianku dan memaksaku untuk memandang mukanya. Terlebih ketika mas-mas yang lain mengiyakan dan 'iya mbak biar di obatin di rumah masnya aja'. Maka aku mendongakkan kepalaku dan membuka kaca helm lalu memandang wajah mas-mas tersebut. Dalam hati aku berpikir 'ini orang siapa malah ngajak-ngajak ke rumahnya' lalu tiga detik kemudian aku sadar OH JADI ORANG INI YANG NABRAK GUAAAAA. HAAAAAH. Pikiranku langsung semrawut begitu tau yang nabrak aku mukanya preman gini. Langsung emosi. Mangkel. Keki. Dan takut.

Karena aku tidak tahu harus ngapain, maka ikutlah aku ke rumahnya. Mas itu menyetir motorku dan aku mbonceng manis di belakangnya. Yah bodo amatlah di bonceng mas-mas tidak di kenal DAN KAMPRETNYA ADA SALAH SATU MAS MAS DI KERUMUNAN ITU YANG SEMPET NYELETUK 'CIT CUIIIIIIIIIITTTTTTTTTT' KE ARAH GUA DAN MAS YANG BONCENGIN GUA. Sialnya aku tidak dapat menemukan tersangka dan aku sudah pergi dari sana. Semua orang masih memandangi kami.

Baru beberapa meter motor berjalan, mas ini menghentikan motornya dan berbicara kepada seorang cewek yang membawa Vario merah. Ia berkata 'sayang, aku bawa dia ke rumah dulu. kamu tolong beli obat-obatan ya' SAYANG SAYANG GUNDULMU. Bisa banget bikin aku iri bahkan dalam keadaaan begini. Setan apa yang merasuki aku waktu itu, entahlah, rasanya aku ingin berkata kasar terus-menerus.

Di perjalanan ke rumah masnya, aku kemudian berpikir. Sebenarnya yang nabrak itu aku. Dan yang jatuh aku pula. Saat itu aku langsung merasa malu pada diri sendiri dan meminta maaf dalam hati. Berharap masnya langsung memaafkan tanpa aku harus berbicara di depannya. Dengan telepati seperti Kugy dan Keenan, misalnya.

Sekitar 3 menit kami sudah sampai di rumahnya. Di teras, ada 2 orang mas-mas lagi yang mukanya tidak kalah preman. Ya Allah tolong hambaMu yang hina ini. Seperti bisa membaca pikiranku, mas yang mboncengin aku ini kemudian berkata 'masuk aja nggapapa mbak, itu di dalam ada adek saya'. Dan seorang anak perempuan berkacamata dengan seragam SMA terbengong-bengong di dalam. Masuklah aku dan diberinya minum.

Beberapa menit kemudian, cewek yang dipanggil sayang itu tadi datang membawa betadine dan kapas. Kemudian aku ke belakang dan mencuci lukaku yang ternyata banyak itu. Siku kiriku lecet, kaki kiri dekat matakaki juga, pergelangan tangan kananku juga tapi cuma sedikit. Yang paling parah betis kananku yang masha Allah lecetnya ngga nyantai sekali. Lukanya besar panjang dan masih ada hitam-hitam bekas kegores aspal. Ketika dialiri air ALAMAK PERIHNYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA. Lebihperih daripada melihat mantanmu bermesraan dengan sahabatmu sendiri. Perih dan mengiris pokoknya.

Setelah itu mbaknya mengobatiku, memberiku betadine dengan kapasnya. Hah saat ini aku sudah tidak tahan. Maka teriak-teriaklah aku menahan kepedihan ini. Dan si adek berkacamata itu ikut-ikutan teriak. Selama aku diobati, mas tadi bercerita bagaimana terjadinya kecelakaan tadi kepada 2 mas-mas yang di depan. Aku sih diam saja dan tidak membantah walau mas itu melebih-lebihkan sedikit. Toh memang aku yang salah hahahahaha

Ketika aku diobati, masuklah telefon dari Bari dan aku langsung teringat bahwa aku sedang janjian dengannya untuk bertemu di depan gang SMPIT Abu Bakar karena aku tidak tahu di mana rumahnya Sabila. Begitu aku cerita aku habis kecelakaan, Bari langsung meluncur ke tempat aku berada. Karena aku tidak tahu ini rumah daerah mana, maka ku berikan hapeku ke masnya dan kemudian masnya itu menjelaskan rutenya pada Bari.

Maataku langsung terbelalak begitu melihat layar hape dan melihat siapa yang telfon. Itu Micuuunnn!!!!!!! Ah bagaimana ini bagaimanaaaaaa~~~~~ Untungnya micun cuman nanya apakah aku membawa kunci rumah atau tidak dan pulang jam berapa, karena micun dan abah mau pergi ke luar kota dan di rumah tidak ada orang. Syukur alhamdulillah. Setelah menutup telfon dari micun, ada satu missedcall. Dari Bari. Karena aku tidak punya pulsa dan tidak bisa menelefon dia balik, aku langsung cemas dan bingung. Tapi kemudian ada sms masuk darinya 'Hadfi aku sudah di gang, rumahnya dimana?'. Dan, lagi, seperti bisa membaca pikiranku, mbaknya (pacarnya masnya yang beli obat tadi) berkata 'kenapa mbak? temannya sudah di gang?' aku langsung mengangguk dan memberi tahu masnya. Tanpa babibu masnya langsung mengambl motorku dan mau tancap gas. Tapi kemudian aku berteriak:
'Loh masnya kan nggatau temenku yang mana'
'Oh iya juga ya, lalau bagaimana?'
'Pokoknya dia berkerudung dan pakai behel'
'Berkerudung dan pakai behel. Oke'
Salah satu dari mas-mas di depan tiba-tiba nyeletuk 'Lah mbak, masa harus ngecek mulutnya satu-satu ntar tiap ketemu cewek berkerudung...' dan suasana langsung cair.

Kami ngobrol ngalur ngidul dan berhaha-hihi tiada henti. Dari percakapan inilah aku tahu banyak hal. Ternyata masnya ini ini orang Palembang. Mbaknya asli orang Jogja yang sedang kuliah S2 di Sosiatri UGM. Adeknya juga asli Palembang dan sedang bersekolah di SMA Muhammadiyah 2 Jogja. Mas-mas yang di depan itu orang Kalimantan dan orang Cirebon atau Cilacap entahlah aku lupa. Mereka ini lucu sekali. Bukan apa-apa, melihat tampang mereka yang preman dan mendengar logat mereka masing-masing berbica ini lucuuuuuuuuuu sekali. Apalagi ketika masnya berbicara pada adeknya dengan logat Palembang yang kuental sekali. Mereka juga bertanya padaku, kulianya dimana semester berapa, rumahnya di mana, teman yang tadi datang itu siapa, mau ke mana tadi perginya, sampai berapa jumlah UKT yang aku bayar per semester di UGM. Hahahaha menyenangkan. 

Kemudian masnya berkata:
'Mbak minta nomor mbaknya ya. Biar nanti kalau ada apa-apa kita bisa saling ngehubungin'
'Oh iya mas' lalu mbaknya menyodorkan hapenya lalu aku mengetik nomorku. Setelah itu ku kembalikan hapenya kepada mbaknya. Mbaknya bertanya:
'Siapa mbak namanya?'
'Hadfi. H-a-d-f-i' Untuk setiap orang yang baru mengenalku dan baru mendengar namaku, aku memang terbiasa menyebutnya lalu mengejanya perhuruf. Karena kebanyakan orang akan bernyata lagi 'ha? apa mbak?' atau biasanya salah menulis menjadi Hatfi DAN ITU MENYEBALKAN SEKALI.

Masnya itu kemudian nyeletuk: 
'Ohiya kita belum berkenalan. Saya Arman, dan ini Winda (menunjuk mbaknya), itu Sri (menunjuk adeknya), terus yang di luar itu si anu sama si anu' aku lupa nama mas-mas di luar hahahaha. Lalu kami ngobrol-ngobrol lagi. Dari situ aku tahu bahwa mas Arman dan mbak Winda ini baru saja membeli mobil dan akan segera menikah. And guess what? GUA DI UNDAAAAANG HAHAHAHA SUMPAH INI GUA SPEECHLESS GATAU HARUS NGOMONG APA

'Iya, doain aja ya, nanti aku hubungin kamu' kata mbak Winda
'Oh iya mbak, memangnya mau kapan dan dimana?' kataku
'Belum pasti sih, tapi inshaAllah awal tahun ini. Mungkin disini atau di rumahnya Winda' mas Arman menimpali
'Iya nanti aku hubungin kamu aja kalau sudah pasti' tambah mbak Winda

Ah, mereka hangat sekali. Aku jadi merasa bersalah karena sudah menabrak dan merepotkan mereka. Sesaat kemudian Bari datang membawa Vita (tadi seletah dia datang, langsung pergi lagi menjemput Vita setelah berpikir bagaimana aku menyetir motor nanti). Bari dan Vita juga langsung akrab sama mereka. Ketika mereka bertanya kita mau pergi kemana, mereka kaget saat ku bilang mau bertemu teman-teman SD. Mas Arman langsung nyeletuk 'Ah hebat kalilah masih ingat sama kawan SD, kawan SD ku sudah tak ada kabar tak tahu kemana' dengan logat Bataknya itu dan kamipun tertawa lagi.

Karena tidak mau lama-lama merepotkan, kami langsung pamit. Vita menyetir motorku dan aku membonceng. Sebelum pergi kami salam-salaman. Aku dan mbak Winda bahkan bertukar pin BBM. 'Main aja ke sini sekali-sekali, nanti kalau aku sama Winda ke daerah jakal nanti kami mampir ke Pogung juga ya'.

Subhanallah sore itu aku bahagia dan langsung bersyukur kepadaMu. Entahlah, rasanya nyaman sekali berada di sekeliling mereka. Mas Arman yang bertanggung jawab, mbak Winda yang ramah, Sri yang lucu, dan 2 orang mas-mas di depan yang ke resean dan kelucuannya tidak aku tuliskan disini.

Seperginya dari sana, kami langsung mencari alamat rumah Sabila dan baru sampai jam SETENGAH LIMA SORE. Muter muter tidak jelas karena Bari yang menjadi petunjuk jalan. Kalau jalan sama dia, jangan biarkan dia berada di paling depan ya. Akhirnya ketemu dan begitulah. 

Hari itu aku bertemu dengan saudara baru dan bertemu kembali dengan saudara lama.

2 komentar:

  1. Ciye banget akhirnya Hadfi ngisi blog lagi setelah sekian lama gegara diundang nikahan sama mas-mbak yg ditabrak. Cicuit :3 wkwkwk

    BalasHapus
  2. Btw setelah tak liat apa-apaan itu-_- itu ancer-ancernya sabila aja yang kedobel-_- baru sekali ini juga aku nyasar fi. Biasanya sampai tujuan.....bzzzz

    BalasHapus